Kepastian #2

Bismillahirrohmanirrohim....
Dengan segenap nafas yang masih melekat, dengan desiran darah yang masih mengalir kejantung dan seluruh tubuh, dengan denyut nadi yang masih berdenyut dan dengan seluruh jiwa yang masih Allah SWT pinjamkan. Jemari ini kembali menggoreskan sebuah catatan. Catatan untuk diri yang hina ini, pun bagi semua pembaca blog ini yang inshaallah lebih baik. Teman pernah kalian bayangkan ketika kalian membuka mata bukan dinding kamar yang terlihat? atau teman pernahkah kalian bayangkan ketika kalian membuka mata bukanlah sahabat, bukanlah orang tua ataupun orang yang kita kenal yang kita lihat? atau teman pernah kalian bayangkan ketika kalian membuka mata tak ada satupun yang kita jumpai? wahai sobat pernahkah kalian bayangkan bahwa ketika cahaya itu menyilaukan dan memaksa kalian untuk membuka mata, namun hanya ada seorang yang tampak??? pernahkah kalian bayangkan saat mata kalian terbuka seorang yang tampak dengan senyuman atau bahkan dengan tatapan rendah memandang kalian dan mengeluarkan sebuah kalimat pendek namun sangat menyesakkan??

Sobat, pernahkah kalian bayangkan bahwa ketika membuka mata kita telah berada di sebuah tempat berbeda? atau sobat pernahkah kalian membayangkan saat kita membuka mata kita melihat diri kita sedang terlelap tidur? namun kita dapat menyaksikan tubuh itu kaku dan terdiam? pernahkah kita membayangkan bahwa saat mata kita terbuka ada banyak orang yang sedang menangisi diri kita yang sedang terlelap tidur, terbujur kaku, dingin, tanpa suara tanpa gerakan KAKU. pernah kalian bayangkan mereka menangisi kepergian sedangkan kita belum berpamitan? bahkan kita sendiri menyaksikan bahwa kita sudah tak bersama diri yang selama ini kita gunakan untuk berjalan dan berkeliling di dunia ini. 

Dunia... ya dunia.... dunia yang menjadikan kita buta yang menjadikan kita lalai yang menjadikan kita lupa bahwa    
 كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”. (Surat Ali `Imran: 185).

Dengan sangat jelas Allah swt telah mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Sobat apakah kita tidak tahu? atau kah kita hanya pura - pura tidak mengetahui bahwa maut telah dijanjikan dan menjadi suatu kepastian untuk kita? 
Apapun keadaanya, maut tak pernah mengenal siapa kita, sedang apa kita, dan maut tak akan pernah menunda. Apapun yang sedang kita lakukan, memimpin sebuah Negarakah, menghadiri rapat pentingkah atau momen apapun yang penting, jika tidak ada kita dalam momen itu maka kacaulah segala renten acara. Tidak sobat, maut tak pernah menunggu, takdir kematian tak pernah menghiraukan perasaan, tak pernah menyapa dengan ramah dan bersedia menunggu, ia hadir dalam balutan ketegasan dalam janji yang tertunaikan, ia hadir dalam kepastian. 

Apakah selama ini kita benar - benar tidak tahu? atau hanya pura - pura tidak tahu? atau kita sengaja membutakan mata, menulikan telinga? padahal Allah SWT telah berkali mengingatkan, berkali bahwa kehidupan hanyalah antrian panjang menuju kematian. Pernahkah engkau mengantri di sebuah bank? menunggu antrian hingga panggilan kita tiba. Begitulah layaknya kematian, saat ini kita hanya sedang berjejer berderet menanti panggilan kartu antrian yang kita genggam. Lagi - lagi sobat, kematian tak akan menyapamu dengan penuh ramah tamah dan kesabaran saat engkau minta penundaan. Seorang wanita muda masih dengan rona merah dipipinya karna hari ini ia akan menjadi seorang pengantin, tapi jika giliran panggilan itu telah tiba, maut tak akan pernah memperdulikan perasaanya takdir kematian akan tetap datang dan menjemputnya meski penghulu telah menjabat tangan calon suaminya. Sepasang suami istri yang sedang mengelus - ngelus perut buncit istrinya menunggu waktu kelahiran anak mereka tiba, penuh dengan harapan dan ketika hari kelahiran  itu tiba jika takdir kematian itu hadie maka tak akan pernah ia menyapa takdir kelahiran dan membiarkan keluarga ini bahagia bersama menyaksikan bayi mungil mereka lahir, jika takdir kematian itu telah datang maka siapa yang bisa mengelak bahwa takdir akan memisahkan seorang ibu dan anak siapa yang bisa menghentikannya? siapa yang bisa mengahalangi takdir seorang ibu yang 9 bulan 10 hari tak mampu menatap wajah anaknya? adakah? karna takdir kematian itu begitu kejam menghujam setiap diri maka marilah kita sama - sama mengingat bahwa diri ini hanyaah titipan yang akan kembali pada waktu yang telah ditentukan dan akan menyapa kita tanpa peduli dengan apa yang sedang kita nanti, kita tunggu dan kita lakukan. karna sesungguhnya yang sedang kita tunggu adalah sebuah kepastian sebuah kepastian dan sebuah kepastian yang akan datang, sebuah panggilan yang tak mampu kita elakkan. maka bersiaplah bersiplah untuk menanti sebuah kepastian yang akan menjemput kita semua, wassalam.aie

2 komentar:

  1. Subhanallah, malu ya allah.. knp mash bermaksiat.. trima kasih ya. Tulisannya mmm

    BalasHapus
  2. Bagus tadzkirohnya mba tari... :)

    BalasHapus